July 31, 2016

TENTANG RELASI SAYA DAN KOPI



“ Lho kok ada warung kopi lagi,” suami berkomentar kaget saat menyetir menuju rumah di Surabaya Barat. Saya menatap melewati jendela kaca mobil, mengawasi warung kopi baru yang berdiri megah di pinggir jalan menuju rumah.

Kekagetannya adalah sebuah hal yang wajar mengingat semenjak menikah dan kami tinggal di Surabaya barat semakin banyak saja warung-warung kopi yang berjajar di pinggir jalan. Bahkan sebelum dekat dengan wilayah rumah pun, warung-warung kopi seperti ini telah lama menjamur. Perhatikan saja di daerah Banyu urip yang dahulunya adalah jalan kecil yang padat dengan kendaraan lalu lalang dan pedagang kaki lima.

Dahulunya daerah itu adalah sisanya adalah sungai yang cukup dalam sebelum pembangunan pemerintah membuat area sungai menjadi perlebaran jalan sehingga jalan tersebut masing-masing menjadi jalan satu arah.

Perlebaran jalan itu nampaknya tidak berdampak terlalu signifikan, justru semakin banyak pedagang kaki lima dan pasar kaget yang menggelar dagangannya di pinggir jalan membuat jalan yang sebenarnya lebar menjadi sempit. Disamping itu berdiri pula warung-warung kopi yang menyediakan kopi panas dan aneka minuman lain yang bisa dinikmati bersama mie instan dan gorengan yang juga menjadi menu warung.

Dulu di jalan dekat menuju rumah ada sebuah warung kopi yang saban hari ramai terus dikunjungi pembeli. Bangunannya temporer seperti tenda nikahan, dibawahnya terdapat jajaran meja-meja panjang dan anak muda yang menikmati secangkir kopi sambil mengobrol sesame mereka. Ada juga yang membiarkan cangkir kopinya dingin begitu rupa tanpa menyesapnya sedikitpun, mata menekuri layar ponsel dengan wajah serius, mungkin sedang menikmati fasilitas wifi.

Warung kopi 24 jam dengan fasilitas wifi sementara harga kopi tentu saja jauh selisihnya dibandingkan dengan kedai kopi yang erat branding produknya dengan lokasi di mall-mall dan menjadi lokasi rutin berkumpulnya eksekutif muda. Harga kopi bisa membeli semangkuk bakso jagalan dengan porsi yang bikin kenyang sampai bosan. Itulah alasannya mengapa kaum pria terutama para anak-anak muda kerasan bertahan berjam-jam nongkrong di tempat tersebut.

“Rame ya?” kata saya, berceletuk saat pertama kali melihat tenda tersebut. Saat itu dini hari dan suami baru saja menjemput saya dari bandara setelah salah satu perjalanan melelahkan dari Jakarta karena urusan pekerjaan dan kami masih pasangan muda yang menjalani long distance marriage karena pekerjaan.

“Ya biasa gitu, lihat saja kalau ramai terus nanti pasti ganti jadi bangunan setengah permanen kemudian full permanen,” komentar suami.

Beberapa bulan kemudian setelah percakapan kami, benar saja warung kopi tenda telah menjadi setengah permanen. Dan saat ini disebelah-sebelahnya berdiri warung kopi serupa, ada yang menawarkan konsep kafe terbuka dengan menyediakan menu-menu makanan dan yang belum lama buka bertempat di sebelah gang masuk tempat tinggal kami. Warung kopi yang ini kecil saja dengan bangunan warung yang khas dari tripleks dan kayu, konsep gratis wifi dan menyediakan menu jagung bakar yang dibakar langsung setiap ada order di sebelah warung.

Konsep kopi sudah lama bergesar, dulu kopi dinilai sebagai minuman yang diseduh untuk menemani bapak-bapak meronda dan diseduh saat pagi untuk menemani membaca Koran. Kadangkala diseduh saat sore ketika mulai mengantuk dan kita sudah tidak lagi berkonsentrasi pada meeting yang kita hadiri atau pekerjaan yang sedang kita tangani. Sangat jarang orang yang menyantap kopi saat malam hari karena kebanyakan orang meyakini kita akan susah tidur karenanya, tentu saja pengecualian pada bapak-bapak atau pemuda yang bertugas ronda.

Saat ini kopi dinikmati malam-malam bahkan dini hari, tanpa alasan ronda apalagi pekerjaan. Kopi disesap perlahan hingga dini hari, sedikit demi sedikit dan bertukar obrolan dengan teman entah membahas tentang game online, akademis atau justru masalah perasaan. Ya mungkin lelaki tidak suka berbicara masalah perasaan, tapi berpikir mengenai perasaan mampu membuat seorang lelaki berdiam diri semalam suntuk hanya berteman kopi dan gangguan hati.

Saya adalah pencinta kopi, sejak kecil adalah kegemaran saya memakan biji kopi yang masih wangi baru saja digoreng dengan pasir. Bagi saya rasanya enak, wanginya pun tidak tertandingi. Demikian juga kopi yang dihaluskan kasar menggunakan tangan ala nenek saya, seorang wanita dari sebuah desa kecil di Tuban. Memang banyak ampasnya, sering pula saya meminum kopi bersamaan dengan ampasnya. Enak, hangat dan perut saya tidak pernah sakit karena nyeri lambung. Belakangan saya tahu, meminum kopi tanpa merasa sakit perut mungkin adalah pengaruh dari kopi yang diolah dengan baik dan alami karena saya sering mengalami sakit perut dan lambung yang rewel setelah minum kopi sachet setelah merantau jauh dari Tuban.

Dalam perantauan, kopi selalu identik dengan sekumpulan laki-laki muda yang membuang-buang waktu. Maka saya memilih membawa serta bubuk kopi dari kampung halaman di masa awal perantauan atau meminumnya dari seduhan pantry, dalam kedai-kedai kopi di mall atau minimarket terdekat (dua hal terakhir ini baru saya lakukan ketika saya bekerja). Enak, saya selalu suka momentumnya. Menyesap kopi sembari menulis, membaca buku atau menggambar di coffee shop. Sering sendirian karena kondisi Jakarta membuat saya tidak selalu bisa bertemu setiap saat dengan teman-teman. Itulah waktu pribadi bagi saya.

Menyenangkan. Kopi akan selalu jadi minuman yang istimewa bagi saya, tapi tidak seistimewa itu, special but there’s nothing that special.

Suami bukanlah orang yang suka meminum kopi, dia lebih suka teh, susu atau air putih saja. Karena itu saya tidak pernah benar-benar menikmati secangkir kopi bersamanya. Lebih banyak saya menyesap kopi saat sedang di depan laptop dan menulis.

Suatu hari karena bosan dengan rutinitas kami pergi ke Malang, memarkir kendaraan disebuah tempat wisata di Batu kemudian malah berjalan-jalan keluar tempat wisata. Kami menemukan trotoar yang digelari dengan tikar-tikar, penjual kopi dan minuman lain, bakso, sate dan jagung bakar yang berjajar. Tikar dipenuhi anak muda dan keluarga yang duduk-duduk. Kami mengambil satu tempat kosong. Saya memesan kopi tubruk panas dan suami susu cokelat hangat. Tempat itu sederhana namun pemandangannya luar biasa.

Kami disuguhi pemandangan lampu kota yang terhampar di bawah kami. Kami mulai berbincang dan tertawa tentang segala hal, mengenai hal-hal serius seperti rencana kami kedepan maupun hal-hal absurd seperti betapa kami kadang melakukan perjalanan spontan seperti ini hanya untuk keluar dari rutinitas. Lihat saja, duduk bersila diatas tikar sederhana menghadapi dua gelas minuman dalam hawa dingin kota batu dengan memandangi lampu-lampu rumah penduduk. Kami tertawa dan saya mulai menyesap kopi perlahan yang telah menghangat karena hawa dingin.

Saya tersenyum kecil, menyadari bahwa ini adalah pelarian kami dari aktivitas yang mungkin paling sederhana namun mengantarkan saya dalam mengerti sesuatu. Kopi adalah minuman yang istimewa, sungguh.

Tetapi dia menguarkan aroma dan rasa terbaiknya saat dinikmati bersama dengan orang yang paling penting dalam hidup kita.
Bahkan dalam bentuk yang sesederhana dan seterjangkau segelas kopi tubruk.

BLOG CUSTOMIZED: HELLO PANDORA




Hello Pandora dengan alamat www.pandoraboks.com ini adalah blog saya yang isinya mengenai informasi dan tips. Sebelumnya, layoutnya ala-ala banget dan cukup berantakan. Saya memutuskan untuk memberinya layout baru seperti berikut ini, maksudnya biar saya semangat ngupdatenya. Cerita di balik blog yang sudah saya miliki lebih dari empat tahun lalu adalah ini blog pertama saya yang menggunakan bahasa inggris. Dibuatnya untuk pemancing iklan sekaligus sambil belajar nulis bahasa linggis. Blog ini sempat lama terabaikan sebelum saya memutuskan untuk mengelolanya kembali dengan cara membeli domain baru dan mendadaninya dengan template baru agar lebih fresh. Bikin yang mampir krasan, bikin yang nulis update semangat gitu maksudnya.

Padanannya masih putih sebagai dasar, kemudian hitam, abu-abu dan pink sebagai elemen penghiasnya. Sampai saat ini keempat warna itu kayaknya masih jadi selera saya dalam bikin layout untuk blog sendiri. Karena keseringan makanya anindyarahadi.com ini agak beda, pakai warna hijau mint :)

Suka dengan pengerjaan saya?
Tertarik merubah template blog dengan customize sesuai keinginan sehingga blog teman-teman jadi semakin personal? Bisa hubungi saya via email di anindyarahadi@gmail.com, masih tanya-tanya juga nggak apa-apa kok ;)

Sementara platform blogger only dulu ya... wordpress coming soon insyaAllah :)


July 26, 2016

MASA SULIT SAAT MERANTAU


"Apa rasanya jauh dari rumah?" 
"Emmm....."

Mungkin teman-teman yang lama merantau juga sering mendapat pertanyaan serupa dari keluarga atau teman-teman yang tinggal, menempuh pendidikan dan bekerja tidak jauh dari rumah.

Agak bingung menjawab pertanyaan seperti itu karena pada dasarnya saya juga sudah lumayan lupa apa yang sedang saya rasakan saat harus jauh dari rumah dan merantau untuk pertama kalinya. Masa itu saya sudah ngeblog meskipun tidak rutin dan sering karena aktivitas blogging saya ditentukan oleh kapan kunjungan saya yang berikutnya ke warnet. Jadi ya nggak ada dokumentasi curcolnya *LOL.

Pertama kali harus tinggal di kota orang adalah saat saya hendak ikut tes penerimaan mahasiswa baru universitas negeri. Saya bimbingan ke Surabaya untuk persiapan ujian ini, saya juga tinggal di Surabaya hingga tes penerimaan usai. Saya nggak begitu ingat jelas mengapa bimbingan persiapan ujian seperti ini harus keluar kota, padahal di kota saya juga banyak bimbingan-bimbingan belajar untuk persiapan tes ini. Tinggal pilih. Tapi ternyata saya nggak sendiri tuh. Banyak anak-anak lain yang bahkan daerah asalnya lebih jauh dari saya tapi memilih kota tempat bimbingan belajar yang sama.

Mungkin karena Surabaya adalah salah satu kota favorit untuk melanjutkan pendidikan, jadi mengukur kemampuan kita disini lebih akurat untuk perkiraan dibandingkan dengan kota asal dalam try out-try out. Ini penting untuk mawas diri juga, apalagi sasaran kita adalah kampus dan jurusan favorit yang satu bangkunya bisa kita peroleh jika kita mampu mengungguli sekian banyak peserta ujian lain.

Saat itu saya mungkin belum merasakan yang sebenar-benarnya menjadi perantai. Mungkin karena bimbingan hanya berlangsung sekian bulan dan karena kebanyakan teman-teman di SMA memilih kompleks bimbingan yang sama sehingga nggak begitu berasa kesulitannya.

Rasa sebenar-benarnya jadi perantau saya rasakan ketika saya sudah masuk kuliah di bulan-bulan semester pertama dan bulan puasa. Entah karena salah makan atau badan memang sudah tidak enak, menjelang pukul dua belas saya muntah-muntah di kamar mandi mengeluarkan semua makanan yang saya konsumsi pada saat sahur. Tak cukup dengan itu saya juga diare sehingga badan lemas luar biasa. Saya kemudian memutuskan untuk tidak puasa dulu. Makanan apapun terasa nggak enak.

Pengurus rumah kos membantu mengantar saya ke dokter terdekat, tapi saat ke tempat praktek dokternya sedang tidak ada di tempat. Ke dokter lain juga jauh, kondisi saya tidak memungkinkan. Nggak bisa jauh-jauh dari kamar mandi lah pokoknya. Baru saat kunjungan berikutnya beliau ada di tempat dan saya segera mendapat penanganan juga obat. Saya keracunan makanan, menurut beliau.

Saya terbayang menu sahur terakhir yang dingin dan langsung bikin perut saya bereaksi nggak enak, saya nggak sendirian mengalaminya, teman kos yang barengan beli makan juga sakit serupa. Kapok beli makan di warung tersebut lagi padahal sebenarnya masakannya enak.

Waktu itu ponsel baru bisa sms, telepon, mms dan aplikasi chatting sederhana saja belum seperti sekarang yang perkembangannya serba memudahkan. Bahkan konsultasi kesehatan online, cari dokter dan rumah sakit terdekat juga membuat janji dengan dokter bisa dilakukan melalui situs dan aplikasi Konsula.com. Nggak perlu kecele lagi karena datang tapi dokter sedang tidak ada ditempat. Layak coba banget ini, terutama bagi para perantau yang tentunya harus mengurusi diri sendiri.

Kalau menurut teman-teman masa paling nggak enak kala merantau apa? :)


July 22, 2016

MENGINAP CANTIK DI HOTEL YANG CIAMIK, ALILA SEMINYAK

Apa yang teman-teman harapkan dari hotel yang bertarif wah? Fasilitas lengkap, bertekhnologi tinggi serta pelayanan yang ramah? Itu mah biasa. Bagi saya yang senang bepergian dan selalu merasa nyaman jalan-jalan, hotel yang wah berarti hotel yang mampu membuat saya merasa aman dan seperti berada di rumah.

Iya, rasa aman ini ternyata saya dapatkan di dalam kawasan dengan nuansa alam dan bukan hi-tech dengan kesan minimalis. Memang saya nggak alergi dengan teknologi, tapi mengenai tempat untuk istirahat, saya lebih memilih nuansa back to nature dengan pemandangan alam yang sekitar yang menyenangkan mata.

Ketika seorang sahabat mengajak berkunjung ke sebuah hotel yang baru dibuka di Bali, pertanyaan saya adalah apakah hotel itu technology minded seperti kebanyakan hotel lain yang pernah saya inapi? Karena sebenarnya kami bisa mencari penginapan di Bali seperti wisma warga yang homy dengan pelayanan tulus deh. Dia malah senyum-senyum sendiri sambil bilang, you have to see to feel it. Ya sudah, karena saya percaya pada seleranya jadilah kami di sini di Alila Seminyak.

Alila Seminyak ini berada di Jl. Taman Ganesha No.5, Kerobokan, Kuta yang letaknya tepat di depan pasir putih Pantai Seminyak yang cantik. Sesaat, saya takjub menghadap hamparan pasir yang luas menuju laut lepas. Indah, lepas dan biru adem.

Memasuki lobby, saya terpesona dengan desain hijau dan kayu yang mendominasi. Deretan tanaman dipasangkan di dinding di antara barisan kayu dengan penggunaan lampu hemat energi. Memberi kesan romantis yang homey bagi setiap tamu yang datang.

Photoright: travel2next.com

Tanaman di sini tidak sekedar menjadi penghias di pot-pot besar di sudut ruangan. Tapi menjadi bagian dari desain yang menyatu dengan elemen lainnya. Percampuran arsitektur kontemporer tenun, tanaman hijau dan tanaman dinding nampak serasi dan segar.

Setiap ruangan didesain luas dan lapang sehingga memberikan kesan nyaman dengan ventilasi terbuka yang berasal dari angin laut dan minim penggunaan AC di ruang publik. Wow, ternyata desain ini merupakan komitmen Alila Seminyak untuk menjadikan hotel ini sebagai hotel yang ramah lingkungan dan mempunyai sensitifitas ekologis tinggi di Bali. Keren, yah!

Photoright: nowjakarta.co.id

Saya langsung mengajak sahabat berkeliling hotel. Kamar, tentu saja yang pertama harus dicek. Kami memilih kamar deluxe dengan view garden hijau dengan bed ukuran king dan TV 40 inch dilengkapi channel satelit. Oke lah, jika dibandingkan dengan harga per malamnya yang berkisar 4 jutaan.

Kamar didesain tetap memberikan ventilasi luas dengan memberikan pintu teras pada balkon sendiri. Setiap kamar di sini mempunyai balkon pribadi dengan pilihan view garden atau ocean. Ketika membuka pintu balkon, saya melihat deretan pohon entah apa namanya ditanam rapi berjajar di antara batu-batu alam yang didesain dinamis.

Photoright: designhotels.com

Dinding kamar diberi interior kayu cokelat tua untuk menyesuaikan dengan furnitur yang dominan dengan warna pastel dan coklat. Kursi santai tersedia di dalam kamar dan di teras dengan sofa cover polos yang memberi kesan lapang dan bersih.

Lanjut ke kolam renang, hotel ini tidak pelit-pelit menyediakan kolam renang. Tersedia kolam renang di berbagai area mulai dari yang berada di tepi pantai untuk dewasa dan anak-anak termasuk satu kolam renang yang didesain untuk pool party. Menurut resepsionis, penthouse yang berada paling atas disediakan dengan kolam renang terpisah. Dengan view laut dari ketinggian, berenang disini seakan berenang di udara. Menarik sekali juga instagrammable ya. Tapi tidak oke dengan tarifnya yang mencapai puluhan juta semalam dan isi kantong saya yang nggak nyampek segitu.

Photoright: destinasian.com

Lanjut ke tempat makan. Tidak asyik liburan di tempat mewah tapi makanannya payah. Sambil menikmati pemandangan di kiri kanan, kami makan siang di salah satu restoran yang ada di resort ini. Kami pilih tempat di luar ruangan dengan view tepi Pantai Seminyak. Dengan tetap mengusung konsep perkayuan, restoran ini didominasi dengan furnitur terbuat dari kayu berkualitas dan lantai parket kayu juga.

Photoright: au.news.yahoo.com

Kesan luas dan ventilasi terbuka tetap digunakan. Semilir angin pantai bisa masuk ke restoran yang terletak di antara bar dan kolam renang ini. Menu yang disediakan mulai dari western, asia dan tentu saja menu lokal Indonesia punya. Dan serunya, untuk makan siang dan malam restoran menyajikan hidangan dengan sistem open kitchen. Jadi kita bisa melihat chef-chef ahli mengolah makanan dan langsung bisa kita ambil. Fresh from the oven kata orang bule.

Kayaknya nggak cukup semalam untuk bisa menikmati semua fasilitas disini. Tapi lumayanlah bisa merasakan kemewahan nan back to nature dari Alila Seminyak. Cocok banget buat saya yang perhitungan kalo soal cinta lingkungan.

July 15, 2016

KAMERA PONSEL DAN KENANGAN FOTO TERAKHIR


Kamera dan Ponsel Berkamera Pertama

Saya pernah memiliki kamera dulu, masih analog dan sebab kehadirannya adalah karena reward dari mami saya untuk lulus SMP dengan nilai yang baik dan tidak repot saat harus mendaftar ke SMA. Itulah kamera pertama saya, sebelum saya menyadari bahwa kamera yang saya gunakan itu ternyata tidak begitu terampil saya pakai. Cahaya yang tidak karuan konsepnya dan objek yang sering kabur sudah sering menjadi masalah utama saya. Saya senang memotret saat pergi ke tempat baru bersama teman-teman. Tapi yang bikin saya gondok adalah hasil foto yang susah payah dicetak dengan uang tabungan sendiri (yang roll fotonya juga beli sendiri) banyak yang berakhir dengan foto gelap tanpa gambar, terbakar dengan semburat merah atau muka yang jadi terlalu putih.

Ponsel kamera pertama yang saya miliki adalah saat kelas 3 SMA. Waktu itu, saya tidak sering menggunakan fasilitas kameranya meskipun ponsel saya juga memiliki kamera. Ini karena memori ponsel saya sangat terbatas, bahkan untuk nada dering saja harus benar-benar dipilih untuk tidak kebanyakan disimpan dalam ponsel dan memberati memorinya. Ponsel kamera yang biasa dan mungil, bukan jenis ponsel yang hits dipakai anak muda pada masa itu, fungsinya pas-pasan tapi alhamdulillah.

Sekalipun fiturnya pas-pasan, tapi kamera ponsel saya sangat membantu ketika menjelang kelulusan dan kami diharuskan mengumpulkan foto untuk buku angkatan. Saya dan beberapa orang teman dekat yang merasa keberatan untuk dengan 'niat' berfoto di studio dan mengeluarkan biaya yang cukup lumayan kemudian berinisiatif untuk berfoto dengan kamera ponsel saya. Padahal saat itu kameranya masih VGA dan kualitasnya ya begitulah. Hanya saja karena digital, jadi begitu tidak puas dengan hasilnya kami bisa menghapus dan mengulang kembali pengambilan foto.

Cukup praktis dan efisien, ehmm hemat sih maksudnya :p Meskipun hasilnya ya... apa adanya, tapi tidak begitu beda jauh sama hasil foto teman lain karena cetakan buku angkatan kami juga bukan yang bening.

Ponsel Berkamera Kedua, Teman Setia di Perantauan


Ketika saya harus kuliah ke luar kota, adik saya duduk di sekolah menengah pertama dan mulai membutuhkan ponsel. Ponsel saya kemudian berpindah tangan ke adek dan orang tua membelikan saya ponsel baru dengan cara menambah uang tabungan saya untuk beli ponsel. Iya, orang tua saya adalah jenis orang tua yang demikian, kalau anaknya pengin sesuatu harus berusaha sendiri dengan menabung dulu, mereka cuma membantu kekurangan bukannya langsung memberikan barang yang diinginkan.

Ponsel baru ini cukup lumayan dan menemani saya hingga semester empat dimasa perkuliahan. Saat itu saya memakai ponsel sebagai teman kegiatan sehari-hari, sekadar memotret pelangi di langit perantauan, hujan berjam-jam diluar jendela kamar kos dan banyak kesempatan lainnya dimana saya pakai juga fitur kameranya untuk blogging dan media sosial. Saya turut serta dalam organisasi pers mahasiswa kampus sebagai anggota aktif pada tahun-tahun pertama, jadi ponsel tersebut selalu bersama saya untuk merekam wawancara, mengambil foto narasumber,peristiwa dan lain sebagainya. Pernah rusak dan membuat saya khawatir hingga susah tidur beberapa hari karena kerusakannya (dan karena khawatir biaya reparasinya mahal padahal budget saya sungguh mepet) tapi berhasil sehat-sehat saja setelahnya. Saya baru harus benar-benar berpisah dengan ponsel itu ketika dalam sebuah perjalanan, saya kecopetan dan si ponsel raib begitu saja.

Dengan omelan mami selama berhari-hari, saya akhirnya kembali memakai ponsel jadul milik bapak yang seberat batu bata dan hanya bisa dipakai untuk telepon dan sms saja. Baterainya awet sih, hanya kadang-kadang suka mati sendiri karena perekat baterai sudah tidak bagus jadi sering lepas. Saya bertahan memakai ponsel itu selama beberapa bulan, sudah dalam fase tidak peduli dengan pandangan heran orang sekitar setiap saya sedang memakai si ponsel 'vintage' ala anak muda berselera 10 tahun kebelakang. Soalnya kalau mau beli ponsel baru lagi juga uang tabungan saya terlalu minimalis, sayang untuk dibongkar. Maklum anak kos di perantauan, banyak kebutuhan tapi tidak enak kalau sebentar-sebentar minta kiriman uang dari orang tua.

Hingga sampai dimana mami merasa kasihan, karena sering sekali pembicaraannya lewat telepon dengan saya harus terputus ditengah obrolan karena slot baterai lepas. Pada suatu liburan panjang usai lebaran, mami saya memutuskan untuk membelikan ponsel baru yang cukup bagus dengan harga yang bersahabat.

Tragedi Kehilangan dan Ponsel Berkamera Ketiga



Ponsel berkamera ketiga ini, meskipun hanya sebentar bersama saya tapi juga adalah ponsel yang paling tidak bisa saya lupa. Bukan karena layarnya yang bening, wallpaper bergerak dengan kualitas warna tinggi, bentuknya yang tipis dan handy bahkan bukan juga karena speakernya yang bagus. Tapi karena cerita setelah ponsel itu menjadi milik saya.

Karena masih baru, saya baru saja transfer nomor-nomor yang penting dari ponsel jadul dan buku telepon. Saat itu, ganti ponsel masih benar-benar merepotkan semua data harus dipindah satu per satu dengan manual. Tidak seperti sekarang yang mudah karena program backup atau aplikasi lain. Belum banyak file di ponsel baru itu, mungkin hanya sedikit lagu-lagu dan foto bareng mami dan adek saya yang barusan saja diambil. Agak tumben, karena mami saya bukan jenis orang yang suka foto-foto selain foto untuk keperluan administratif pekerjaan atau kependudukan. Sekarang pun saya tidak bisa membayangkan beliau selfie-selfie dan aktif di sosial media serta aplikasi chatting seperti kebanyakan orang tua teman-teman saya atau beberapa tante saya. She's not that kind of person. Jadi saya heran aja kok kami berhasil mengajak mami saya selfie sebelum mami saya keluar rumah karena ada urusan.

Saya masih usia belasan tahun ketika itu, belum tahu apa-apa tentang dugaan apalagi firasat. Saya pernah mimpi buruk beberapa bulan sebelum kejadian, mimpi potong rambut tapi sungguh mimpi itu begitu mengerikan. Yang seram bukan kejadian potong rambutnya yang ala mimpi horor, tapi perasaan sakit dan sedih yang tidak tertahankan saat bermimpi. Terlalu sakit, meskipun ternyata cuma mimpi yang kata banyak orang adalah hanya bunga tidur semata.

"Mimpi itu artinya tidak baik tau, Nin!" kata seorang teman, saat saya bercerita keesokan hari.
"Mungkin aku terlalu banyak nonton film horror belakangan ini," saya menukas.
"Itu artinya akan ada yang meninggal dan masih berada dalam lingkunganmu,"
"Iya gitu?" kening saya berkerut.
Teman saya mengedikkan bahu, "beberapa kali terbukti dari cerita keluarga sih, bukan aku sendiri."
Kening saya masih berkerut dan tiba-tiba merasa khawatir, salah seorang paman saya ada yang sakit cukup parah. Beliaukah...? Saya bertanya dalam hati sebelum kemudian mengusir pikiran itu sendiri, saya merasa kurang ajar karena berpikir demikian. Tidak hanya seolah tidak percaya bahwa umur adalah rahasia Allah, tapi juga seolah menghakimi karena seseorang sakit maka usianya akan tidak lagi lama.

Bulan-bulan berlalu tanpa ada kejadian spesial, apalagi kabar buruk. Kondisi paman saya semakin sehat dan saya bersyukur bahwa yang saya dengar dari teman saya hanyalah hipotesis dan bagian dari mitos.

Hingga kejadian ini terjadi, begitu cepatnya sampai nyaris seperti kilat. Terdengar tanpa terlihat, sekilas tapi meninggalkan kerusakan yang serius dan rasa sakit yang lama saat hari itu tiba.

Usai lebaran, di kota kami mengenal tradisi semacam acara syukuran dengan makan-makan besar. Memasak ketupat dan makanan dalam jumlah banyak kemudian dibagikan ke tetangga sekitar rumah dan orang-orang kurang mampu tidak jauh dari lingkungan rumah. Tradisi ini disebut orang dengan nama lebaran ketupat. Mami dan bapak berasal asli dari kota saya itu, sebuah kota kecil di provinsi Jawa Timur yang tidak populer.

Saat lebaran ketupat, mami saya biasanya akan memasak seharian di rumah kakek saya bersama saudara-saudaranya yang lain. Nenek saya qadarullah sudah tutup usia lebih dahulu. Bapak ada urusan yang berhubungan dengan bisnisnya, mami meminta saya menemani ke rumah kakek dengan naik motor. Sore itu saya menyanggupi dan memasukkan ponsel saya ke saku celana. Tidak biasanya, mami meminta saya membonceng di belakang dengan membawa belanjaan. Kemarin-kemarin sayalah yang selalu menyetir dan mami membonceng dibelakang setiap kali beliau minta diantar kemanapun, bahkan ke pasar atau saat akan berangkat mengajar. Adek jaga rumah karena bapak tidak membawa kunci sejak keluar rumah pagi tadi.

Tidak seperti ibu-ibu kebanyakan yang saat ini sering menghiasi meme dengan kebiasaan memberi tanda lampu ke kiri padahal belok ke kanan, lagi-lagi mami saya tidak seperti itu. Beliau sudah mengendarai motor sejak lebih dari setengah umurnya saat itu dan mengendarai motor ala beliau adalah kecepatan sedang, mematuhi tiap peraturan dan plang lalu lintas juga memakai tanda lampu motor sesuai dengan fungsi.

Di tengah perjalanan, sesuatu terjadi. Entah apa. Yang sampai ke ingatan saya hanyalah suara kencang benturan dan kemudian gelap, senyap. Telinga saya beberapa saat kemudian menangkap suara ribut dan ramai orang-orang kemudian sepi lagi. Saksi mata menyatakan bahwa mami saya berhenti di pinggir jalan ketika sebuah mobil besar melaju kencang dari arah sebaliknya dengan sopir yang diduga mengantuk atau entah mabuk. Mereka bilang tabrakan sedemikian keras karena mami saya sampai terbang dari motor cukup jauh sebelum terhempas dengan tulang tubuh yang patah begitu banyak dan saya entah bagaimana menderita patah kaki dan luka gores dalam hingga tulang kaki saya nampak dari luar.

Sempat saya tersadar untuk mendapati sedang terbaring dalam sebuah mobil bak dengan alas seng panas terbakar matahari, bersama dengan kerumunan orang yang hampir semuanya tidak saya kenal dan samar-samar. Tidak ada sakit yang saya rasakan ketika tersadar, hanya panas alas mobil bak yang  usai dimanja matahari menyiksa saya sebelum semuanya gelap kembali bagi mata saya.

Lucu, dengan cara yang ironis. Saya yang mengalami ini ditempat kejadian tapi justru tahu paling akhir. Tahu bagaimana penjelasan dari semua kejadian itu belakangan. Tahu kondisi fisik saya sendiri belakangan dan tahu bahwa mami saya rahimahullah juga belakangan. Kerabat memberikan penjelasan yang tidak sesuai kenyataan, bahwa mami saya sudah enakan di ruangan lain. Saya tahu bahwa penjelasan itu tidak sesuai dengan apa yang saya duga, tapi saya diam saja. Padahal kondisi orang-orang yang banyak menengok saya di rumah sakit tidak menggambarkan hal itu. Bagian hati saya tahu, ada berita duka.

Pandangan yang menggelap menjelang kejadian seperti istilah vision burn yang pertama saya dengar dari lagu sebuah band luar, kenangan yang terpecah seperti potongan gambar puzzle berserak tidak beraturan menjelang perginya kesadaran yang saya alami itu ternyata ada, bukan hanya bualan dalam buku-buku dan lagu.

Mendengar kondisi terakhir mami saya yang luka parah di kepala dan tulang tubuh yang banyak patah, hati saya merasa sakit meskipun saya tidak menangis. Tapi menjalani hidup sebagai anak usia belasan dengan adik saya yang baru masuk SMA kelas 1, masuk usia yang rawan-rawannya dalam hidup, butuh arahan dan bimbingan ternyata tidak mudah. Tidak mudah kehilangan ibu dalam usia seperti ini, harus vakum dari dunia perkuliahan sementara dan terlebih dengan kondisi keluarga yang tidak stabil sesudahnya.

Saya tidak marah akan kehilangan, pun pada Allah. Tapi kondisi rumah saat itu yang tidak baik dan banyaknya kenangan saat saya harus tinggal di rumah dalam waktu lama, ternyata kerepotan untuk dapat saya tangani. Hubungan dengan bapak yang memburuk, sifat bapak yang jauh berbeda telah berubah bahkan sanak keluarga pun yang dulu dianggap dekat malah mengambil keuntungan dari kondisi keluarga kami yang sudah seburuk itu. Masa ini adalah salah satu masa sulit dalam hidup saya.

FOTO TERAKHIR YANG BERHASIL SELAMAT
Ponsel berkamera yang baru saja dibelikan mami saya ketika saya pulang untuk mudik kemarin, hancur dan pecah saat terjadinya tabrakan. Foto si adek dan mami saya yang diambil dengan ponsel itu, untungnya sempat dikirim melalui bluetooth ke dalam ponsel adek sehingga masih terselamatkan. Foto itu sampai sekarang masih kami simpan sebagai foto terakhir dari mami. Adek saya menyesal mengapa tidak mengambil banyak foto bersama waktu itu, namun dia sama seperti saya tentu tidak paham apa yang sesungguhnya akan terjadi berikutnya. Hanya Allah lah yang paling tahu.

Tapi saya harap beliau tahu bahwa anak-anaknya tumbuh dengan baik, sekalipun kami bukan orang-orang inspiratif yang diliput dalam media sosial atau televisi. Namun saya merasa puas, kami tumbuh dengan baik dalam kondisi yang serba sulit. Tidak bergulat dalam pergaulan negatif atau pengaruh kurang baik serta cukup sukses dalam dunia akademi, tidak macam-macam dan lulus kuliah tanpa molor. Dengan kemampuan yang terbatas dan naik turunnya iman, kami adalah juga hamba yang berusaha untuk terus mendekatkan diri pada sang pemilik hati dan nyawa kami demi kebutuhan kami akan cintaNya dan demi aliran pahala kepada orang tua kami. Semoga beliau juga merasa bangga, meskipun tidak berada bersama kami dalam masa-masa yang paling sulit dan paling penting.

SHE'S MY WHOLE WORLD. Foto ini adalah foto yang terus saya bawa sejak kembali merantau, berjuang lulus kuliah, menyambung hidup dengan menulis sambil melamar kerja, masuk kerja dan berpindah-pindah hingga saat ini. Karena hilangnya file foto kamera ponsel (beserta ponselnya) dengan beliau dan banyak foto-foto yang hilang pasca mami saya rahimahullah karena berbagai sebab.
SAYA DAN MAMI DALAM ILUSTRASI : Jika beliau masih ada dan mendampingi saya saat menikah. Semoga Allah senantiasa mengasihi beliau :')

Ponsel Berkamera dan Saya, Saat Ini
Tentang saya dan ponsel berkamera saya saat ini, setelah kehilangan besar yang melubangi hati saya dan adek ketika itu... saya jadi lebih banyak mengambil foto untuk menyimpan kenangan. Baik bersama keluarga, suami dan teman-teman. Ponsel dengan kamera, bagi saya tidak lagi menjadi kebutuhan pendukung tapi sudah jadi sebuah keharusan karena praktis untuk mengabadikan momentum. Bukan karena narsis akut, tapi juga sebuah kebutuhan akan terekamnya banyak kenangan. Baik yang menyenangkan, membuat kesal atau sedih yang saya lewati bersama mereka.

BERSAMA TEMAN-TEMAN





MOMEN BERSAMA KELUARGA






Saya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengabadikan dan menyimpan foto bermuatan kenangan dengan cerita dibaliknya yang biasanya saya tulis ulang dalam jurnal pribadi agar tidak terlupa. Foto, tulisan dan ilustrasi bagi saya adalah the best memory keeper. Tidak akan disesali pernah disimpan.

Ponsel berkamera saya juga yang menemani saya untuk mengambil banyak foto untuk keperluan pekerjaan, blogging maupun lomba menulis. Selama ini hasil fotonya cukup bagus meskipun kameranya tidak sekeren Zenfone 2 Laser ZE550KL dengan kamera belakang 13 MP, kamera ponsel saya masih dibawah ponsel ini jauh. 10 MP tidak sampai. Kamera depan 5 MP, lagi-lagi ponsel saya tidak ada yang setinggi itu kualitas pengambilan gambarnya.

Jujur, karena tulisan ini saya ikutkan dalam kontes tanpa persiapan khusus dalam waktu yang masih 'beraroma' hari raya, saya tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengambil foto dengan Zenfone ASUS ini. Tapi pada saat saya masih bekerja tahun lalu, teman-teman satu kantor saya kompak membeli Zenfone ASUS dari sebuah e-commerce karena kadar kecakepan ponsel ini. Fasilitas yang keren di kalangan ponsel android, kamera yang terbilang tinggi megapixel-nya juga harga yang tidak seperti bawang kalau dilihat (bikin nangis) menjadi alasan mereka ramai-ramai membeli ponsel keren ini.



Saya juga sudah pernah mencoba utak-atik ponsel Zenfone keluaran ASUS milik teman-teman, sungguh cakep sekali dari desain luar sampai dalamnya. Selain cakep overload, ponsel ini uniknya juga sangat user friendly, tidak sulit dioperasikan bahkan untuk pengguna baru. Saya juga pengin beli setelah melihat kadar cakep ponsel Zenfone ini, tapi saat itu ponsel saya sudah dua dan keduanya berfungsi dengan baik sehingga suami tidak mengizinkan beli. Beda dengan sekarang, ketika ponsel saya yang satu sudah minta pensiun karena software-nya sudah lambat luar biasa padahal tidak banyak data yang saya simpan dalam ponsel. Ah semoga ada rezeki memiliki ponsel Zenfone ASUS ini, insyaAllah :)

sumber foto : dokumen pribadi
foto ASUS : blog Mbak Uniek
ilustrasi : oleh saya, untuk mengikuti Giveaway ini

Giveaway Aku dan Kamera Ponsel by uniekkaswarganti.com

July 9, 2016

BLOGGING 1001: TAK HARUS BEGITU



Berasa yang apa aja nih saya nulis soal blogging.

Dibilang master juga bukan, kalau mistar nah mungkin itu baru bener. 

Saya blogging karena saya suka. Ya tempat curhat, ya tempat untuk memelihara skill menulis. Karena saya percaya bahwa skill sebaik apapun akan memudar kalau nggak terus dipakai dan dilatih.

Beberapa bulan terakhir ini, saya baru beneran memperhatikan dunia blogging. Sebelumnya sih enggak, saya cuma memperhatikan blog saya aja. Yang penting domainnya masih hidup dan postingan baru terus ada.

Arus informasi dan tips yang semakin banyak bertebaran membuat blogger jadi belajar SEO untuk meningkatkan traffic. Ya memang butuh, sebuah blog untuk terus berjalan juga butuh bahan bakar bernama traffic.

Saya selalu mengusahakan untuk mampir balik ke teman blog yang datang kesini dan ninggalin komentar. Tapi saya serasa kehilangan rasa tertarik begitu isi blognya mereka ala SEO semua, posting event berturut-turut atau promo produk secara massive tanpa sentuhan personal. Bahkan kalau kita pengin baca tulisan personalnya juga kudu bongkar-bongkar arsip dulu.

Tulisan pribadi ini seperti apa? Review yang personal, pengalaman parenting, curahan pemikiran dan opini mengenai isu apapun. Saya sih menikmati tulisan yang seperti ini, pengalaman mahal dalam kemasan tulisan. Bisa dinikmati gratis tanpa harus mengalami sendiri. Bentuknya macam-macam, bukan cuma curhatan galau kok. Toh maksud dari menulis kan tidak cuma curhat, ya berbagi informasi, beribadah dengan berbagi ilmu dan sebagainya.

Iya sih mereka usaha meningkatkan traffic dengan optimasi mesin pencari. Iya sih semua juga butuh penghasilan kok, saya pun.

Pernah saya curcol soal ini dan seorang teman blog komentar kalau dunia blog udah beda, para blogger bersaing untuk mendapatkan perhatian dari agency atau brand ternama jadi nggak ada lagi tuh curhatan bau galau. Mereka juga nggak bakal tertarik dengan blogger yang isi blognya keluhan melulu.

Ehm, begitukah? Sebagai orang yang tidak pernah bekerja di bidang advertising tentu saja kurang tahu selera brand dan agency saat ini seperti apa.

Tapi sebagai pembaca, saya sih malas mampir dan cenderung melewatkan blog yang isinya serba seo semata.

Belum lama ini saya bergabung dalam komunitas orang-orang penggemar doodling, lettering, manual journaling dan hal-hal 'seni' yang masih dilakukan dengan cara manual. Beberapa diantara mereka memiliki blog dan eh blognya kok lucu-lucu yaa..

Tips blogging menyatakan tulisan harus panjang biar pembaca lama mampir, SEO kudu dipakai, harus gini harus gitu. Tehnikal banget, rumus kalau mau gini ya kita harus gitu. Dan nggak sembarang omong, yang ngasih tips ini orang yang sudah malang melintang di dunia IT. Saya sering baca dari situs-situs konsultasi dan tips yang diasuh oleh orang-orang yang expert di bidangnya ini. They're right! Banget. Saya juga pakai tipsnya kok.

Tapi hal yang saya lupakan dan mungkin juga banyak blogger lain, blogging adalah juga bagian dari seni menulis dan proses kreatif. Yang nggak cuma pakai rumus, tapi juga pakai hati. Nggak cuma hukum mau ini harus ini tapi juga bagaimana proses kreatif kita menyentuh hati orang-orang yang mampir tidak hanya membuat mereka berkerumun untuk membaca yang sedang kita sajikan. Less is more.

Nulis sedikit, cuma refleksi diri dan kehidupan sehari-hari kalau ditulis dengan sepenuh hati juga bikin kerasan bacanya.

Kalau memang harus nulis panjang dan ala-ala SEO karena suatu hal ya diimbangi dong dengan postingan personal di posting-posting selanjutnya gitu misalnya. 

Tulisan ini adalah murni curcolan saya, seorang blogger juga pembaca blog yang antusias. Refleksi 7 tahun blogging. Tidak perlu merasa tersinggung. Ingatlah bahwa apapun kata orang, blog kita tetap otoritas kita sendiri. So just go with it.



July 4, 2016

INGIN MENJUAL MOBIL PRIBADI? BACA DULU INI


Pernah kita ngelihatin mobil kita sambil mikir, sampai kapan kita bareng-bareng terus sama mobil itu?
Selama ini dengan mobil itu kita mungkin telah melewati banyak hal, menyetir mobil pertama kali atau menggunakan mobil tersebut pertama kali bersama pasangan setelah mengakhiri masa single.

Setelah sekian tahun berlalu, kini mobil kita mungkin sudah mulai sering rewel, menyedot dana yang lumayan juga untuk perbaikan. Sekalipun tidak mungkin mudah melepasnya karena banyak masa-masa penting dalam hidup kita yang sudah kita lewati bersama mobil itu. Hehe, melankolis dalam melepas benda kesayangan itu wajar kok, apalagi kita para wanita.

Tapi nggak mungkin juga kita akan mempertahankannya lebih lama lagi karena mobil kita sudah butuh tangan yang lebih teliti merawat dengan kondisinya yang saat ini. Menjual mobil tersebut mungkin adalah keputusan yang sedang kita pikirkan saat ini.

Sedang pikir-pikir untuk menjual mobil kesayangan yang telah lumayan lama kita pakai? Simak dan coba terapkan dulu deh tips berikut.

Tips Mudah Menjual Mobil Pribadi Bekas

#1 Pastikan data mobil sudah benar
Mobil yang kita pakai, misalnya Avanza warna merah. Data begitu saja belum cukup lho untuk menjual mobil dan membuat orang lain tertarik membeli. Pastikan detailnya, seperti keluaran tahun berapa dan seri apa. Beberapa jenis mobil dikeluarkan dengan seri yang berbeda meskipun tipenya sama, setiap seri pun memiliki keistimewaannya sendiri. Jadi pastikan dulu deh data mobil kita seakurat mungkin agar orang tidak bingung dengan penjelasan kita yang terlalu umum sehingga belum mampu menceritakan karakter mobil secara akurat.

#2 Cek kondisi terakhir mobil
Cek ulang kondisi terakhir mobil kita, baik interior maupun eksteriornya dan ambillah foto mendetail yang berhubungan dengan kondisi mobil. Mulai dari bagian-bagiannya yang masih bagus, bagian yang mengalami penggantian (jika bagian yang diganti ini tidak bisa diambil fotonya maka cukup mencatatnya sebagai informasi kepada calon pembeli). Bagian yang gores dan kekurangan mobil kita pun harus kita teliti dan catat agar pembeli yang tertarik puas dengan kondisi mobil yang dia beli nanti. Menjelaskan kondisi mobil sangat bagus dan cacat yang minim padahal sebenarnya tidak demikian hanya akan memperkeruh masalah dimasa depan lho. Resiko pembeli tidak puas dan batal melakukan pembelian atau calon pembeli kita dimasa depan hilang kepercayaannya untuk kita karena testimoni pembeli lalu yang buruk akan tidak baik untuk masa yang akan datang. Jadi, hindarilah memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kondisi mobil yang sebenarnya.

#3 Jual mobil di situs jual beli mobil
Dewasa ini dunia digital sudah mencakup banyak lapisan masyarakat. Bahkan juga merubah kebiasaan belanja dan informasi banyak orang. Orang-orang yang ingin membeli sesuatu saat ini cenderung mengedepankan survey harga dan kondisi barang di situs pencari untuk mendapatkan harga dan kualitas produk terbaik. Ini berlaku baik untuk barang baru maupun barang preloved.

Bagaimana caranya agar mobil yang ingin kita jual membuat banyak orang mengetahuinya? Tidak cukup dengan pemberitahuan kepada teman dan kerabat, kita juga harus memajang mobil kita di situs jual beli mobil. Jika pengguna internet yang ingin membeli mobil bekas dan kemudian mereka mencari informasi harga dan spesifikasi mobil terbaik, maka besar kemungkinan dia akan melihat iklan kita untuk kemudian menghubungi kita jika tertarik dengan mobil yang kita jual. Kemudian setelah negosiasi cocok, kita dan calon pembeli cukup mengatur waktu bertemu untuk melihat kondisi mobil untuk keputusan pembelian. Mudah dan hemat energi, kan? :)

July 3, 2016

SEMANGAT KEMBALI SEUSAI LIBUR LEBARAN


3 hari terakhir menjelang lebaran!
Yayness! Untuk waktu liburan dan pulang kampung, menggenapkan kerinduan tentang kenangan lalu dan berkumpul bareng keluarga.
Tapiii Ramadhan sebentar lagi berakhir, dan lagi-lagi pada pengakhiran bulan saatnya kita menapak kembali review ibadah kita selama bulan Ramadhan ini. Apa kabar kita dalam sebulan? Apakah target-target tercapai atau malah belum sama sekali?
Semoga kita masih diperkenankan untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan tahun-tahun yang akan datang ya :)

Jadi libur lebaran ini ambil cuti berapa hari? 1 minggu? Satu minggu lebih dikit? Yang selalu kita rindukan dalam bulan Ramadhan adalah acara kumpul-kumpul bersama keluarga, suasana ramadhan dan lebaran yang syahdu dan bikin rindu, masakan ibu atau nenek yang rasa khasnya bikin kangen dan obat mujarab penangkal homesick, kue lebaran dan acara saling bertamu dengan tetangga. Memang sih bikin THR cuma uang lewat di rekening yang selintas doang mengendap, tapi kok sepadan ya sama bahagianya :p

Saat ini, libur boleh berasa lama, tapi toh akhirnya akan selesai juga liburnya. Kita kemudian harus kembali lagi di rutinitas semula. Kembali ke rutinitas dan realita, juga tantangan yang mesti kita hadapi kembali. Inilah masa-masa nggak nyaman karena masih rindu kampung halaman, rindu nyamannya liburan tapi rasanya waktu cepat sekali berakhir.

Duh mikirin liburan usai dan harus kembali ke rutinitas aja udah bikin melankolis ya? I feel the same back then. Nah berikut ini hal-hal yang saya lakukan untuk meminimalisir kemalasan untuk masuk kantor dan kembali pada rutinitas, pada tubuh yang settingnya masih lebaran ke siap untuk menghadapi hari penuh tantangan kembali. Apa saja itu?

Coba Lakukan ini Untuk Semangat Menghadapi Hari Seusai Liburan

#1 Buat rencana
Masih asing dengan cara ini? Maksudnya susun rencana di agenda kerja atau agenda pribadi kita tentang hal-hal yang harus dilakukan saat kembali ke kantor, termasuk juga pekerjaan yang menunggu karena tertunda liburan. Jangan biarkan tabel rencana polosan saja, bubuhi ilustrasi sticker atau foto yang menyenangkan selama liburan. Melihat to do list yang panjang tapi sedap dimata bisa bikin semangat lho!

#2 Stock cemilan, makanan atau oleh-oleh dari mudik
Jangan lupa untuk minta tolong keluarga yang sekalian belanja untuk nitip beli oleh-oleh khas kampung halaman untuk kita bawa kembali. Atau masakan ibu dan nenek yang sekiranya awet untuk dibawa-bawa, misalnya saja dendeng, kering tempe dan sebagainya. Biasanya keluarga suka bawain kita kerdusan oleh-oleh yang banyak plus untuk dibawa buat oleh-oleh teman kantor juga. Bawa makanan rumah atau kampung halaman dan masih kita makan saat kembali ke rutinitas bikin rindu terbantu untuk lumayan terobati. Ya kan?

#3 Sisihkan me time yang bisa dilakukan tanpa meninggalkan pekerjaan
Seminggu pertama terasa penat karena pekerjaan yang kita tinggalkan selama waktu mudik ternyata super banyak? Badan jadi makin terasa pengin istirahat dan kangen kampung halaman? Sisihkan waktu sejenak untuk berdiri dan stretching, seduh minuman favorit kita dan kembali ke meja. Nikmati minuman selagi hangat bersama dengan stock cemilan oleh-oleh yang berdiam di kotak bekal kita. Slow down. Beri tubuh kita waktu untuk relaksasi sejenak, atau sambil mengerjakan to do list di kantor yang paling ringan hari itu.

#4 Maksimalkan diskon untuk office wear & stuff
Menjelang lebaran, diskon di ecommerce maupun mall pasti sedang heboh-hebohnya ya kan? Nah kalau biasanya kita mempersiapkan baju lebaran, perlengkapan ibadah baru atau kado untuk keluarga, kali ini manfaatkan juga deh diskon lebaran untuk membeli kemeja wanita terbaru misalnya, atau sepatu kerja yang nyaman dari Mataharimall.com untuk dipakai setelah liburan berakhir. Kalau diskon juga mampir ke toko alat tulis, sekali-sekali beli deh alat tulis dan perlengkapan kantor yang itemnya lucu dan kita suka. Bisa jadi mood booster untuk kerja kita seusai liburan. Biar bawaannya nggak homesick kambuhan :D

Semoga tipsnya membantu meningkatkan mood bekerja teman-teman seusai libur lebaran ya... kalau ada tambahan silakan dishare di kolom komentar :)