Showing posts with label opinion. Show all posts
Showing posts with label opinion. Show all posts

February 10, 2019

STOP DREAMING, START ACTION! YUK WUJUDKAN MIMPI PUNYA USAHA DI TAHUN INI!

Kebanyakan orang ingin memiliki bisnis dan mulai membangunnya tapi tidak tahu harus start darimana. Yah saya paham apa rasanya karena pernah berada di posisi yang sama juga.

Hehe saya akui, saya bisa menilai usaha yang saya jalankan sejauh ini, bukan jenis usaha yang hits banget dan setiap beberapa bulan sekali gajinya bisa membuat saya jalan-jalan keluar negeri seperti beberapa pemilik usaha yang barangkali kita kenal dari media sosial. Tapi tidak masalah. Kita selalu memulai sesuatu dari awal dengan tahap pengetahuan paling awam, kemudian beranjak lagi ke tahap berikutnya. Begitupun usaha tidak masalah sekecil apapun asal bisa bertahan dan operasionalnya terjaga terus berarti masih merupakan usaha yang sehat pengelolaannya.

August 14, 2016

BUKAN SEKADAR 'CUMA'


Saya nggak habis ngerti ketika seorang teman mengaku minder saat harus ada acara dengan teman-teman lamanya, keluarga atau rekan kerja suaminya. Teman saya ini bukan orang yang malu-maluin. Penampilan masih rapi dan enak dilihat, dianya juga cerdas dan nggak kurang update jadi pasti bisa mengimbangi percakapan yang terjadi disekitarnya termasuk juga lingkungan pergaulan suaminya. Jadi kenapa mesti malu?

"Gue kan cuma ibu rumah tangga," katanya.
Saya mengerutkan kening dari balik gelas es teh leci yang sedang saya nikmati, "Maksudnya?"
"Jadi kebanyakan temen-temen gue atau istrinya temen suami itu punya karir entah di perusahaan atau di birokrasi pemerintahan. Gue udah jiper aja kalau mereka ngomongin isu global atau masalah kerjaan. Secara ya gue ngerti permukaannya doang, bukan pelaku." memang teman saya ini belum pernah punya pengalaman bekerja, dia menikah muda sebelum merasakan jenjang karir sebagai pekerja.

"Lah bukannya elu juga blogger?" tanya saya, masih bingung. Ketika seseorang melakukan kegiatan blogging apalagi secara rutin, yah menurut saya dia Blogger dong.

"But you know blogger nggak bisa dibilang dan diakui sebagai pekerjaan, atau karir. Not even close, really. Di tengah-tengah orang seperti itu."
"Kerjaan kan seseuatu yang bisa kasih kita nafkah, ya nggak sih? Coba sama nggak persepsi kita? Lah lu ngeblog juga sekalian ngisi rekening tabungan, sama lah kan nafkah juga, rezeki juga namanya. Artinya lu juga kerja, biarpun ya nggak secara formal di tempat yang formal juga. Jadi jangan ungkit deh itu yang cuma ibu rumah tangga," kata saya nggak setuju.
"Blogger, ngajar les, penjahit, jualan apa saja ya itu semua kerjaan. Semuanya juga karir sekalipun jenjangnya beda pasti sama yang biasa. Selama kita dapat penghasilan dari situ ya bisa dong disebut pekerjaan. Kayak yang pernah gue tulis di blog lah ya, personal shopper aja bisa dibilang pekerjaan kok."

 Teman saya bertopang dagu, " Deuh ya kali ya kalau udah yang profesional banget gitu. Lagian penghasilan gue sebagai Blogger juga cuma berapa sih...? Perbulannya nggak tentu ada kok, ada pun juga nggak tentu sama,"

"Ya apa bedanya sik sama lu jualan gitu, kerja jadi pedagang? Bulan ini untung banyak jadi bisa beli kulkas 3 biji misalnya, bulan depannya untung cuma setara sama harga mirowive kecil, bulan depannya lagi rugi. Kalau menurut gue entah berapa penghasilannya, entah rutin atau enggak... selama menghasilkan ya kerjaan lah namanya," saya ketawa.

"Lagian keren kali kalau dikau ngakunya blogger atau youtuber kek gitu, nggak semua orang ngerti itu apa, cara kerjanya gimana, cara ngasilin uangnya gimana? Nggak semua orang paham. Dan biar aja, mereka kan juga nggak bisa nebak penghasilan lu berapa. Santai ajalah. Nggak sopan juga kan orang nanya-nanya gaji mendadak kalau deket juga enggak. Ya nggak sih?" tanya saya, si teman manyun-manyun tapi saya tahu dia menyimak.

"Kalau menurut gue ya, sejak dulu semua ibu rumah tangga bisa kok kerja apa aja asalkan mau. Apa aja tergantung sukanya dimana, pengennya jenis kerja yang seperti apa dan potensinya dimana. Kalau suka nulis ya kerja lepas jadi penulis, penerjemah, cerpenis, banyak. Kalau demennya fashion ya bisa rancang kecil-kecilan, beli kain jahitin terus jual deh. Kalau passion akademisi ya bisa ngajar les. Yang penting nggak makan waktu seharian kan jadi bisa ngurusin keluarga dengan baik juga,"

"Apalagi sekarang, punya gelar dan pendidikan bisa kerja dimana aja asal ada fasilitasnya. Jaman udah makin maju, tekhnologi makin kenceng. Ibu rumah tangga yang punya gelar dokter juga bisa bekerja sebagai dokter online yang melayani konsultasi pasien. Contohnya aja tuh di Konsula.com kan bisa chatting sama telepon konsultasi langsung tuh sama dokternya. Gitu sih jadi nggak usah minder segala deh kalau kita ibu rumah tangga yang di rumah aja. Keep your chin up ah beb," saya melanjutkan meneguk es teh leci dingin, di hari yang panas itu.

Mungkin banyak dari kita yang merasa demikian. Ibu rumah tangga yang di rumah aja terus minder sendiri kalau harus bersosialisasi, ini nggak lepas dari omongan miring orang yang kerap mengintimidasi sosok wanita yang dipandang non super. Karena sekarang jamannya wanita super yang karirnya gemilang tapi juga tetep ngurus keluarga semacam nggak ada capeknya.

Wanita yang memutuskan untuk berkarir di luar rumah pastilah tahu resiko akan pilihannya, tapi mereka memiliki pertimbangannya sendiri yang nggak perlu juga dijelaskan ke masyarakat soal keputusannya. Sama halnya dengan wanita yang memutuskan di rumah saja untuk mengurus keluarga, misal saja mereka mungkin tidak ingin kehilangan periode emas yang tidak akan terulang dari anak-anaknya dan mungkin lebih banyak lagi alasan lain yang lagi-lagi tak harus mereka jelaskan ke khalayak.

Mungkin masih-masing dari kita harus berdamai dengan diri sendiri untuk saling mengerti kacamata permasalahan dari orang lain. Mungkin sebenarnya situasi itu tidak separah ini, hanya permainan pikiran kita saja yang mendramatisasi. Entah. Yang jelas tetep kalem, happy dan dagu tanpa merosot kebawah lah ya. Permulaannya pahamilah bahwa diri kita bukan sekadar cuma, kita juga setara, kita juga sama berharganya. We need to keep it on ur mind.

Itu menurut saya, nah kalau menurut teman-teman gimana?

January 14, 2012

Allah Maha Baik

Well, saya memutuskan untuk memasang profil saya sekarang di blog ini karena saya sering ikut giveaway memakai blog ini serta tidak ingin penyelenggara GA bingung dengan data diri saya disini.

What's new?
Kemarin saya jengkel banget karena segala sesuatu tidak berjalan dengan baik bahkan sampai beberapa menit lalu sampai saya menemukan nama saya sebagai pemenang di giveawaynya Mbak Zoothera di URL http://zoothera.wordpress.com

Seriusan saya senang. Senang karena dapat hadiah. Halah Nin, semuanya aja juga bakalan senang kalau dapat hadiah! bisik hati saya.

Lebih dari itu ini semua tidak lepas dari karunia Allah yang mengasihi saya.
Saya kemarin jatuh oleh rasa kecewa bahkan tenggelam dan berkubang di dalamnya karena saya tidak lolos seleksi tahap 2 sebuah BUMN, ya tes kerja.
Saya desperate karena jobless 4 bulan dan bertanya-tanya kalau rejeki nggak kemana, rejeki saya sebenarnya dimana?
Kemenangan yang ini adalah bingkisan hiburan dari Allah agar saya tidak berlarut dalam kesedihan.
Ah terima kasih :)
Alhamdulillah.
Allah memang Maha Baik.

January 1, 2012

November 7, 2011

WHAT THEY CALLED MEAN TO BE


karakter manusia, bagi saya merupakan hal yang benar-benar rumit..
tapi yang paling mudah diukur adalah dari caranya memilih pasangan. pasangan yang bersama sampai akhir adalah seperti apa dirinya tercermin.
bukankah hanya dengan wanita yang baik, seorang lelaki baik dipasangkan?
setiap orang punya padanannya, padanan yang paling baik (meskipun buruk, kalau dirinya ngga baik ya tentu saja dapatnya yang setara dimata Tuhan dengan dia pula).
sepadan bukan dimata kita, melainkan di mataNya.
Jadi, mari terus memperbaiki diri..

February 15, 2011

I'M TOTALLY AGAINTS IT.

Hari kemarin lambang Google kewanitaan sekali... benar-benar membuat saya kaget. Warna merah dan hijau serupa warna natal dengan tanda hati sebagai pengganti salah satu huruf O-nya. 

Menurut saya valentine bukan cuma budaya yang tidak layak diadopsi di Indonesia, terutama untuk orang yang menamakan dirinya muslim. Namun juga sesuatu yang begitu tidak dewasa di mata saya, tukar-tukaran cokelat, hadiah, boneka adalah sesuatu yang cuma pantas dilakukan ketika kita masih SMP, ketika kita masih dalam masa-masa ababil dan alay.. Dimana hari valentine adalah segalanya. Bagi saya valentine adalah coklat, dan coklat full gratis hari itu dibagi-bagi oleh yang dapat banyak (ngga, saya ngga pernah dapat kecuali dari teman baik yang tentu saja cewek).

Dan SMA sudah merupakan peningkatan kesadaran akan apa yang tidak sejajar dan apa yang sejajar. Dalam SMA saya, sejak saya kelas satu pemahaman hari valentine benar-benar digalakkan.. terutama dalam sebuah majalah dinding muslimah penuh dengan artikel-artikel pemahaman mendalam dan komik strip yang menyindir dalam bentuk lucu (buatan saya, yang saat itu belum semenohok sekarang dalam urusan pikiran berupa tulisan *abaikan ini bukan kebanggaan). Paham yang melekat sampai sekarang tidak berhubungan dengan dogma, tapi lebih kepada alasan-alasan yang dapat saya terima dan sangat rasional.

Lagipula perayaan hari valentine juga semakin bergeser dari masa ke masa. Yang katanya kasih sayang sudah menjurus jurus ke arah ketidaksenonohan. Pencekokan valentine bagi remaja selain tidak baik untuk kondisi keuangan mereka juga tidak baik(semasa SMP dulu ada teman yang menghadiahkan kotak musik kepada pacarnya yang berharga mahal -- mengundang decak mengingat pemberinya anak bercelana biru) namun juga tidak baik dari segi pengaruh pergaulan berlebihan yang sudah berada diluar kontrol orang tua ketika si anak sedang tidak di rumah.

Saya pikir sudah cukup jelas.. tapi tentu saja pikiran saya lagi-lagi tidak sama dengan orang-orang disekitar saya. Hari ini seolah berisik semuanya sedang pamer akan hadiahnya ini dan itu -- sesuatu yang lucu dan mengundang senyum miris bagi saya. Arh, sudah gede belum sih? -- dan saya memilih diam seperti biasanya meskipun ngga sepakat. Memilih pergi dari kerumunan itu daripada mulut saya mulai menusuk tidak bisa dikendalikan. Yang menurut saya begitu waste diobrolin dapat hadiah ini dan itu, saya ngga ingin. Saya tidak iri karena hadiah bagi diri saya sendiri setiap hari adalah orang-orang yang dekat dan berpikiran yang sama dengan saya pada hal-hal prinsipil. Kalau saja saat itu adalah sesi diskusi formal dan tempat itu adalah ruang diskusi, mau rasanya saya membabat habis kesalahan paradigma seperti itu.... 

Toh terlepas dari kelucuan miris itu toh mereka sudah berusia dewasa, dan banyak diantaranya yang lebih tua dari saya.
Semestinya pasti ada alasan, mengapa harus hari ini.. Kalau mau kasih hadiah kenapa harus menyerahkan pada hari ini. Merayakan atau ngga, tapi memilih hari ini sebagai hari penyerahan coklat atau hadiah lain adalah bentuk keikutsertaan pada perayaan dengan pengecualian kado ulang tahun atau sesuatu yang lain yang memang secara tidak sengaja terjadi pada hari yang sama.

You all, celebrate your vals day.
Saya akan merayakan hari besar kemerdekaan berpikir. Saya tidak sebangun. Pikiran saya begitu teriritasi hari ini, dan postingan Om Iwan yang ini berhasil meredam itu. Terima kasih banyak ulasan lengkapnya Om Iwan http://amriawan.blogspot.com/2011/02/hari-valentine-google-doodles.html

different side always have an enemy. berpikir berbeda, bersikap tidak sama dengan yang 'umum', unik.. apalagi cenderung nekat, selalu ada pencegahan. selalu ada pemblokiran. diamlah! kata mereka. tapi saya sepakat penuh, pengiyaan total dengan sisi berbeda ini.

it's exactly a lil mad at the middle night :D yah yang penting sudah tidak ada lagi marah yang merebak-rebak di dalam yang membuat saya tidak nyaman. Dan anda tuan atau nyonya anonim yang kadang di postingan tertentu sengaja menggunakan anonim karena mempost komen superpedas tapi NGGA BERANI mencantumkan nama... monggo ngerusuh.. saya baca semuanya kok.. meskipun saya sama sekali tidak merespect ketidakberanian anda.