April 17, 2011

SEAGAMA, MESTINYA SALING MENDUKUNG BUKAN MENGHANCURKAN

Saya paling tidak suka ketika menemukan kata menggurui. Meskipun dalam resensi... atau apapun. Entah kenapa meskipun tulisannya mengemukakan semisal : buku ini enak dibaca dan tidak menggurui.

Atas dasar apa orang mengatakan menggurui dan tidak menggurui.

Sungguh bagi saya masalah bahasa itu cukup mengganggu. Sesuatu terlihat menggurui dan tidak menggurui tergantung pada kebijaksanaan kita dalam memandang sesuatu.

Baik ngga bagi kita?
Selama itu ngga bertentangan dengan tuntunan hidup kita tentu kita berhak mengambil itu sebagai kebenaran yang kita yakini.

Kalau ngga baik bagi kita, tinggalkan...
Kalau baik, boleh ambil boleh tidak

Tidak sepakat itu biasa namun sebaiknya ngga usah menggunakan debatan kata-kata yang tidak bertanggung jawab dan dangkal seperti : sok suci, sok menggurui, sok menghakimi dan lain sebagainya...

Terlebih hal itu diucapkan ketika saudara seagamanya menyampaikan kebenaran yang sesuai tuntunan. Sangat aneh dan memiriskan. Sungguh saya tidak tahan sekali untuk mengkritisi melihat sebuah status mengingatkan yang sangat bisa diambil makna pelajarannya, status seseorang dalam friendlist saya, terpampang di beranda sementara komentar-komentar berderet bersikap kontra. AH!!! Semoga Allah tidak mengunci mati hati kita dari ilmu. Amin.

February 19, 2011

MENULIS, ADALAH SATU-SATUNYA HAL YANG MEMBUAT SAYA LEBIH LEGA.. LEBIH JERNIH

Saya memutuskan untuk berhenti mengkhawatirkan orang-orang yang tidak menyiapkan perahu untuk berlayar dalam kehidupannya ketika sudah diberitahukan bahwa kemungkinan akan ada banjir. Orang-orang yang bersantai-santai karena merasa rumahnya sudah tinggi.

Saya menyadari bahwa sangat sulit membicarakan kesedihan dengan orang-orang yang tidak mengerti rasanya, apalagi mendapat dorongan semangat. Sesuatu yang bernilai nol. Mungkin saya akan berhenti mengulik hal-hal seperti itu. Bahwa terserah apa yang akan kalian lakukan dalam hidup. Toh saya juga ngga akan kena sakit-sakitnya karena keputusan yang kalian ambil, keputusan yang cenderung kurang matang, yang bermimpi tanpa mempertimbangkan resiko dan sama sekali lupa menjejak tanah. Mungkin kalian lupa belajar pada kehidupan di masa ini dan bertanya-tanya sambil menangis jika resiko paling buruk datang. Kalian lengah tidak menyiapkan perahu.

Katanya pertimbangan setiap orang berbeda-beda, tidak bisa disamakan satu kehidupan dengan kehidupan yang lainnya. Kehidupan saya, kehidupan si teman. Tapi dalam mata saya belajar soal hidup tidak harus mencebur, belajar soal hidup juga karena melihat dan mendengar apa yang dialami orang lain.

Kata guru SMA saya, kamu jangan bersenang-senang dan membayangkan yang indah-indah. Jangan sekali-sekali. Itu bukan mental juara yang patut dianut. Bayangkan hal-hal paling buruk yang kamu bisa bayangkan sebagai pertimbangan resiko. Dengan begitu ketika kamu mendapatkan resiko yang lebih ringan dari yang terburuk kamu bayangkan atau bahkan resiko terburuk itu sendiri yang kemudian kamu dapatkan, KAMU AKAN SIAP.

Saya melihat ke hidup seorang teman adik saya, seorang ayah pemikul ekonomi keluarga tiba-tiba lumpuh sedangkan si ibu tidak punya pekerjaan selain ibu rumah tangga. Begitu juga dengan seorang teman yang hidup satu atap dengan saya. Hidup bisa begitu mudah berjungkir balik dan saya bukan contoh orang yang mengambil mimpi-mimpi positif tanpa pertimbangan segala macam. Saya bukan tipe orang yang mencari suami kaya untuk menopang hidup saya. Kuliah itu tidak mudah.

Segala hal yang datang dan meraup banyak hal yang saya miliki dalam hidup adalah pelajaran yang begitu mahal. Kemarin saya bertemu seorang teman yang mengalami anomali dengan tulang tangannya sehabis kecelakaan. Dia yang entah bertambah berapa kilo berat badan karena sakit-sakit itu berulang kali berkata kepada saya, "Pengalaman itu mahal harganya, pengalaman itu sangat mahal harganya,"

Dan benar. Air mata saya, kepedihan saya, kerja keras saya yang kadangkala memforsir diri sendiri adalah bagian dari harga mahal itu. Hidup saya yang sangat penuh duri mungkin tidak bisa dibandingkan dengan jalan mulus yang sekali-kali berbatu milik kalian. Saya tahu kadang saya begitu iri. Dengan problem kalian yang begitu-begitu saja seperti umumnya wanita dua puluhan awal. 

Memang setiap orang punya hidup yang berbeda dan itu hidup kalian, bukan hidup saya. Maka saya putuskan untuk melepaskan. Tidak akan mendebat lagi. Terserah. Dalam perasaan saya yang begitu tumpang tindih belakangan, saya merasa mengobrol dengan kalian soal hidup tidak bisa menjadi oase. Hanya menambah pikiran saya semakin pekat.

Mari mulai sekarang kita ngobrol umum saja, soal cinta, soal film dan televisi, soal makanan enak, soal tempat wisata. Selebihnya saya bisa urus sendiri. Kalian bisa urus sendiri.


Saya ngga salah dengan tidak pernah menangis di hadapan kalian. Maaf ini dialog saya dan jendela, privat. kotak komentar ditutup.

----------------------------------


February 15, 2011

I'M TOTALLY AGAINTS IT.

Hari kemarin lambang Google kewanitaan sekali... benar-benar membuat saya kaget. Warna merah dan hijau serupa warna natal dengan tanda hati sebagai pengganti salah satu huruf O-nya. 

Menurut saya valentine bukan cuma budaya yang tidak layak diadopsi di Indonesia, terutama untuk orang yang menamakan dirinya muslim. Namun juga sesuatu yang begitu tidak dewasa di mata saya, tukar-tukaran cokelat, hadiah, boneka adalah sesuatu yang cuma pantas dilakukan ketika kita masih SMP, ketika kita masih dalam masa-masa ababil dan alay.. Dimana hari valentine adalah segalanya. Bagi saya valentine adalah coklat, dan coklat full gratis hari itu dibagi-bagi oleh yang dapat banyak (ngga, saya ngga pernah dapat kecuali dari teman baik yang tentu saja cewek).

Dan SMA sudah merupakan peningkatan kesadaran akan apa yang tidak sejajar dan apa yang sejajar. Dalam SMA saya, sejak saya kelas satu pemahaman hari valentine benar-benar digalakkan.. terutama dalam sebuah majalah dinding muslimah penuh dengan artikel-artikel pemahaman mendalam dan komik strip yang menyindir dalam bentuk lucu (buatan saya, yang saat itu belum semenohok sekarang dalam urusan pikiran berupa tulisan *abaikan ini bukan kebanggaan). Paham yang melekat sampai sekarang tidak berhubungan dengan dogma, tapi lebih kepada alasan-alasan yang dapat saya terima dan sangat rasional.

Lagipula perayaan hari valentine juga semakin bergeser dari masa ke masa. Yang katanya kasih sayang sudah menjurus jurus ke arah ketidaksenonohan. Pencekokan valentine bagi remaja selain tidak baik untuk kondisi keuangan mereka juga tidak baik(semasa SMP dulu ada teman yang menghadiahkan kotak musik kepada pacarnya yang berharga mahal -- mengundang decak mengingat pemberinya anak bercelana biru) namun juga tidak baik dari segi pengaruh pergaulan berlebihan yang sudah berada diluar kontrol orang tua ketika si anak sedang tidak di rumah.

Saya pikir sudah cukup jelas.. tapi tentu saja pikiran saya lagi-lagi tidak sama dengan orang-orang disekitar saya. Hari ini seolah berisik semuanya sedang pamer akan hadiahnya ini dan itu -- sesuatu yang lucu dan mengundang senyum miris bagi saya. Arh, sudah gede belum sih? -- dan saya memilih diam seperti biasanya meskipun ngga sepakat. Memilih pergi dari kerumunan itu daripada mulut saya mulai menusuk tidak bisa dikendalikan. Yang menurut saya begitu waste diobrolin dapat hadiah ini dan itu, saya ngga ingin. Saya tidak iri karena hadiah bagi diri saya sendiri setiap hari adalah orang-orang yang dekat dan berpikiran yang sama dengan saya pada hal-hal prinsipil. Kalau saja saat itu adalah sesi diskusi formal dan tempat itu adalah ruang diskusi, mau rasanya saya membabat habis kesalahan paradigma seperti itu.... 

Toh terlepas dari kelucuan miris itu toh mereka sudah berusia dewasa, dan banyak diantaranya yang lebih tua dari saya.
Semestinya pasti ada alasan, mengapa harus hari ini.. Kalau mau kasih hadiah kenapa harus menyerahkan pada hari ini. Merayakan atau ngga, tapi memilih hari ini sebagai hari penyerahan coklat atau hadiah lain adalah bentuk keikutsertaan pada perayaan dengan pengecualian kado ulang tahun atau sesuatu yang lain yang memang secara tidak sengaja terjadi pada hari yang sama.

You all, celebrate your vals day.
Saya akan merayakan hari besar kemerdekaan berpikir. Saya tidak sebangun. Pikiran saya begitu teriritasi hari ini, dan postingan Om Iwan yang ini berhasil meredam itu. Terima kasih banyak ulasan lengkapnya Om Iwan http://amriawan.blogspot.com/2011/02/hari-valentine-google-doodles.html

different side always have an enemy. berpikir berbeda, bersikap tidak sama dengan yang 'umum', unik.. apalagi cenderung nekat, selalu ada pencegahan. selalu ada pemblokiran. diamlah! kata mereka. tapi saya sepakat penuh, pengiyaan total dengan sisi berbeda ini.

it's exactly a lil mad at the middle night :D yah yang penting sudah tidak ada lagi marah yang merebak-rebak di dalam yang membuat saya tidak nyaman. Dan anda tuan atau nyonya anonim yang kadang di postingan tertentu sengaja menggunakan anonim karena mempost komen superpedas tapi NGGA BERANI mencantumkan nama... monggo ngerusuh.. saya baca semuanya kok.. meskipun saya sama sekali tidak merespect ketidakberanian anda.