January 1, 2012

December 20, 2011

saya tulis ini ketika saya sedang ada ditengah puncak kejengkelan. saya kesal.
saya baru ngobrol dengan salah seorang teman seangkatan saya. dia memang beberapa kali cerita dan menanyakan pendapat saya akan masalah yang sedang dia hadapi. meskipun saya ngasih sarannya sambil marah-marah karena kesal.
menurut saya dia salah. salah. karena itu saya kesal sama dia.
dia ngeblog karena persuasi saya. karena saya lihat dia suka nulis, jadi saya kenalkan dia ke dunia itu.
jadi si teman bilang kalau dia suka sama seorang cewek yang dia kenal dari dunia maya. si cewek itu balas jawab suka juga. tapi karena si teman ini ngakunya cuma niat bilang suka dan nggak mau berlanjut kemana-mana lagi maka... yasudah begitu saja selesai.
si cewek bingung dan sedih. dia stalking2 semua cewek yang dia rasa dekat dengan si cowok itu - yang adalah si teman saya.

dia mulai follow blog saya, add fb saya (sekarang sudah saya remove dua-duanya. dia dan si teman saya karena saya kesal). saya minta teman saya itu menyelesaikan masalah mereka berdua sendiri setelah sebelumnya mengomeli dia karena ketidak konsistennya. saya rasa sepertinya dia orang yang merasa kehilangan tantangan ketika terlalu mudah mendapatkan sesuatu. saya mulai kesal karena si sahabat saya deva juga rupanya keikut di stalk...
ini sudah keterlaluan.
dimata saya teman saya itu salah.
dan mungkin cewek itu karena dia kesana-kemarin curhat mengenai hubungan mereka, membuat masalah melebar kemana-mana.

teman saya lapor dia sudah menelepon cewek itu dan membereskan semuanya. tapi rupanya masalah tidak berhenti disitu. entah apa yang cewek itu bilang, si teman mengeluh bahwa sahabat cewek itu sampek 'menginterogasi' dia. saya rasa itu bukan salah si cewek (dalam konteks ini) tidak ada yang salah dengan mencurhati sahabatnya bukan? tapi saya rasa yang salah adalah si sahabat ceweknya.
dalam menyikapi sebuah curhatan ada dua hal... ikut campur atau hanya sekedar mendengarkan dan menyarankan pemecahan.
tapi sampai disitu saya tetap diam. cuma jadi pendengar ceritanya si teman cowok saya itu. dan dia merasa tidak enak karena saya sudah ikutan keseret-seret.
entah dengan pengecualian kalau cewek itu juga menyetujui perbuatan si sahabatnya itu nah kalau itu sih beda lagi. itu namanya: beraninya main keroyokan.

saya lama gak ngobrol lagi sama si teman karena saya sibuk dan gak punya banyak waktu untuk in touch dengan semua orang via chat. saya cuma ngendon di jendela dan situs muka buku. membalas mention di twitter kemudian sudah.

terus sekalinya saya punya waktu, saya ngobrol pas si teman ini ada. dia bilang saya dimasukin ke cerpennya sahabat si cewek sampek di posting di blognya segala. well bukan saya sih, tepatnya mereka berdua tapi ada saya nyempil disitu.
dan tahu nggak apaaaa....?
dia menduga saya sudah ada pasangan tapi tetep kasih-kasih harapan gitu sama si teman cowok seangkatan saya ini. gilak apa!
gilak apaaaaaaaaaaaaaaaa!
saya kesal sekali.

cewek itu sewaktu pertama dia add saya dimuka buku sudah saya sapa baik-baik.. dia follow saya di blog saya komenin blognya, saya kunjungi balik. tapi dia nampaknya gak ada niat baik dengan berinteraksi dengan saya. dia gak nanya kesaya baik-baik, dia berasumsi terus-terusan sampai ada deh cerpen itu yang buah hasil spekulasi dia yang diceritakan ke si sahabatnya. nah sahabatnya juga punya spekulasi sendiri.
terus jadilah cerpen itu. si cewek ini juga bertingkah laksana abg dengan memajak cerpen itu di blognya. apa coba maksudnya?
cerpen yang kata saya berat sebelah. kok dia bangga ya? dalam pandangan saya keduanya salah. tapi di cerpen itu sepenuhnya dia memblame teman saya (oke awal masalah memang dari dia) dan membela berani mati si cewek itu.
saya dikeluhkan seperti yang tadi saya bilang. seorang cewek teman sekolah dia yang meskipun sudah punya pasangan tapi ngasih harapan sama si teman yang mana adalah anggapan kosong. saya kenal si teman sudah lama. jadi dimana letak salahnya kalau saya ngomong sama dia?
terlebih, saya sudah tahu bagaimana sifat si teman itu dan tidak mungkin saya tertarik lebih dari teman kepada dia.

kepala saya panas. marah. saya paling sebal kalau keseret-seret masalah yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan saya. jadi saya marah ke cewek itu di postingannya yang memuat cerpen terbodoh di dunia itu.
sudahlah. jauh-jauh dari saya. saya gak ada respek sama sekali ke orang-orang penuh dengan dugaan aneh yang tidak mau konfirmasi tapi hidup dengan dugaan itu.
saya masih cukup waras untuk gak tepe-tepe ke teman sendiri. tanpa tebar pesona pun saya sudah menarik dan mempesona. jadi maaf mengecewakanmu ya.

ini komentar pedas saya.
serius ya ini cerpen paling childish yang pernah saya baca. gak cuma karena asumsi2 nggak matengnya.... tapi juga saking karena diambil dari kisah nyata.spekulasi.spekulasi.spekulasi.yang saya sangat herankan adalah ketiadaan konfirmasi. ah kau nak...benar bahwa usia sama sekali tidak bisa jadi tolak ukur kedewasaan.entah mr.r yang sudah saya damprat karena saya jadi terbawa2 ke masalah kalian. atau tulisan ini yang bikin saya gerah. dan kamu yang seolah stalking saya. gak ada yang ngasih harapan ke siapa2. bedanya cuma orang yg kenal didunia nyata selama bertahun2 dan orang yang cuma kenal beberapa bulan cuma dari internet.
kalian sama2 childish. jadi kenapa gak selesaikan masalah kalian berdua sendiri terus gak nyeret2 orang lain.

grow up, you two.

masih marah. semoga reda setelah menulis ini.

December 4, 2011

Cinta Itu...

Cinta itu...
bisa disebut cinta jika setelah kita sama-sama melampiaskan marah maka kamu memaafkan aku
dan aku juga memaafkan kamu.
Lantas kita tersenyum dan tertawa dengan canda-canda yang biasa, saat-saat penting adalah saat ini. Saat ketika kita melalui fase penyesuaian lagi dan mengakhirinya dengan tetap bahagia, kemudian kita menyadari satu hal yang samar-samar mengembang : cinta itu sendiri. Setelah melalui proses ini aku menyadari cintaku tumbuh dari awal lagi, membumbung seperti pertama kali hadir bersama dengan kehadiranmu dalam ruang takdir. Cintaku serasa diperbarui, seperti program yang selesai diupdate dan muncul baru dengan keadaan yang lebih super, lebih... lebih... Cinta itu adalah ketika seusai aku menunjukkan wujud monsterku atau kamu menunjukkan sisi kelabumu, aku dan kamu masih tetap saling mengasihi dan bisa menerima masing-masing sisi lain itu sebagai bagian dari keutuhan diri kita sendiri.

Cinta itu seperti ini...
aku dan kamu bukan berubah sama sekali
kita hanya saling menyesuaikan diri
(image taken from zoothera's blog)

Sederhana saja apa yang saya inginkan dari lelaki calon pendamping hidup saya. Jadilah sahabat saya, yang tidak pernah membosankan untuk bertukar cerita atau bahkan ngobrol ngalor ngidul tidak berjuntrung. Karena pada waktunya nanti, mungkin saat kita telah menua... sepertinya cinta sudah bukan lagi hal yang terlalu penting untuk diprioritaskan. Saya atau kamu akan lebih butuh partner hidup, sahabat dalam menjalani hidup dan mengembalikan tawa sampai kapanpun. Seperti teh hangat yang bisa jadi penutup sepanjang hari berhujan deras. Hangat dan menenangkan yang dengan dia ada disisi saya, itu saja sudah cukup untuk membuat saya lebih kuat. Dengan dia mendengarkan cerita saya dan membiarkan saya melampiaskan marah atau bahkan menangis tanpa suara, sedemikiannya itu saja sudah begitu banyak artinya bagi saya. Tidak perlu banyak menggombal atau merayu, saya tidak suka dirayu dengan rayuan norak :) *kumat kejam*



Tulisan ini saya ikutsertakan di acara 5thAnniversary Giveaway: Ce.I.eN.Te.A yang diselenggarakan olehzoothera
Mbak, saya do'akan selamanya langgeng dengan suami, saling menemukai potongan terserak yang jadi pelengkap dalam diri masing-masing. aamiin. :)




December 1, 2011

High School Memories

Saya tidak menyukai masa SMA saya.
Bukan, saya tidak memiliki alasan yang sama dengan yang dipunyai salah satu sahabat saya Nadia.
Ini bukan karena saya tidak memiliki perhatian yang cukup, karena sampai sekarangpun saya masih tetap menyukai sepi jika saja urusannya cuma soal pribadi.
Ini lebih karena dimasa SMA banyak sekali manusia-manusia berkepribadian tidak menyenangkan. Entah orang-orang yang lumayan akrab dengan saya atau yang cuma sebatas tahu. Entahlah mengapa saya merasa bahwa saya begitu terganggu dimasa SMA sehingga tidak memiliki pandangan yang baik dengan mayoritas orang-orang di SMA saya.
Jadi itulah kenapa saya memutuskan tidak mengikuti reuni akbar yang diadakan SMA saya. Tidak ada orang yang kepingin saya temui dan kenal. Mereka dalam memori saya begitu mengganggu dan menyebalkan.
Saya rasa saya akan memulainya pelan-pelan, tidak akan mengapprove orang-orang yang tidak saya kenal baik meskipun berasal dari SMA yang sama dulunya. Dan akan mulai meremove orang-orang yang minim interaksi. Saya sedang merasa dalam puncak kemarahan pada kenangan dan sedang merasa benar-benar tidak butuh.
Semasa SMA dulu saya juga pernah mengagumi seseorang. Seseorang yang dalam saat-saat terakhir bisa saya sebut teman. Seseorang yang membuat saya bisa berbincang dengan orang-orang seangkatan dia.
Jadi saya rasa itu mungkin ada hikmahnya.
Namun itu saya ketika berpikiran waras.
Dengan pikiran saya yang saat ini sedang pekat, saya jadi membencinya lagi. Membenci apa yang terjadi saat itu, membenci apa yang mungkin dia lakukan saat itu meskipun saya tidak tahu.
Namun menyiarkan pada seluruh dunia bahwa saya menyukai dia, itu benar-benar bukan sesuatu yang bisa saya maafkan. Sekagum apapun saya pada dia saat itu. Tapi dia pada kenyataannya tidak sehebat yang saya pikir waktu itu.
Saya memang berlebihan. Ah dia hanyalah kakak kelas biasa yang kebetulan saja populer.
Saya menyesali kenyataan itu. Bahwa waktu itu saya mengagumi dia.
Wah mestinya saya memilih orang yang sama cupunya dengan saya saja. Seseorang yang tidak sepopuler dia.
Meskipun sebenarnya tidak ada yang bisa ditaksir waktu itu, karena kalau dipikir-pikir tidak ada orang yang saya kenal yang sama baiknya dengan lelaki saya.

Jujur

Salah seorang sahabat saya mengatakan bahwa dia lebih suka melihat saya di dalam sini. Karena saya jadi lebih jujur.
Tinggal dalam blog yang terlalu banyak penonton yang memperhatikan apa saja yang saya ceritakan sepertinya tidak semudah itu.
Semakin lama seolah saya jadi berusaha menjaga perasaan pembaca saya. Dan mungkin juga perasaan orang-orang dalam dunia saya. Seolah saya sudah tidak memiliki kebebasan menulis yang sama seperti dulu. Bahwa saya cuma sedih, bahwa saya cuma ketakutan dan kadang bisa merasa sangat sendirian serta kesepian yang bercampur baur.
Bagaimana jika suatu saat akan lebih banyak manusia lagi yang mengenal saya?
Sepertinya akan susah berada pada ruang itu.
Siapapun butuh space, apalagi saya. Mestinya butuh yang benar-benar lebar juga.

Kemudian blog yang ini timbul dari rasa campur baur itu. Bahwa saya butuh melimpahkan limbah hati yang tidak berguna untuk merasa tenang. Sudah tidak ada lagi ruang yang tersisa bagi pengkomentar anonim.

Saya tidak menyukai mereka..
Saya juga tidak menyukai orang-orang yang sok tahu dengan perasaan saya, apa saja yang terjadi dalam dunia saya. Diamlah.


Ini saya. Jangan lihat saya jika kalian tidak suka.
Karena saya juga tidak menyukai kehadiran kamu, kamu dan kamu yang tidak sopan. Bahkan menghardik pun kecut, benar-benar bernyali ciut.
Jadi tidak apa-apa dengan siapapun yang tidak menyukai saya.